Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Ahmad (2010) menyebutkan bahwa onggok yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan ubikayu di wilayah Tulang Bawang Barat sebesar 13% dari bahan baku yang diolah. Selanjutnya juga disampaika bahwa potensi onggok yang dapat dihasilkan di wilayah Tulang Bawang Barat memiliki kapasitas tampung berdasarkan bahan kering Kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar 57.825,07 ST. Nilai ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat menampung sebanyak 57.825,07 ST. Besarnya potensi hasil sampingan industri pertanian yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan kekuatan yang dapat dikembangkan.
Melihat potensi dan kondisi pemanfaatan hasil sampingan industri pertanian, dibutuhkan upaya strategis yang perlu dilakukan bersama-sama dalam upaya membangun perekonomian daerah dan meningkatkan perolehan nilai tambah masyarakat. Besarnya potensi onggok adalah kekuatan yang dapat mendorong pembangunan sektor peternakan khususnya ruminansia di Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya mengembangankan usaha penjemuran onggok di Kabupaten Tulang Bawang Barat:
1. Membangun kelembagaan. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang tidak hanya terfokus pada teknologi dan hal teknis namun perlu diperkuat dengan kelembagaan permodalan dan pemasaran. Penjemur onggok perlu dihimpun dalam satu kelembagaan yang dapat menjalankan kepentingan bersama. Beberapa upaya sederhana yang dapat dilakukan oleh kelompok penjemur ini antara lain: 1). Sebagai alat untuk dapat mengakses perusahaan pengolahan ubikayu yang tak lain adalah sumber onggok basah. Upaya ini bertujuan untuk mendapatkan harga bahan baku yang lebih murah. 2). Membangun unit pemasaran yang dapat membangun jaringan dalam upaya mengakses harga yang relative sesuai.
2. Rekayasa teknologi. Upaya ini dilakukan dengan tujuan perbaikan kualitas onggok, Perlakuan yang dapat dilakuakan meliputi perlakuan fisik, perlakuan kimia, dan perlakuan biologis. Kualitas onggok sangat dipengaruhi oleh kondisi penjemuran dan perlakuan pasca penjemuran. Perbaikan manajemen penjemuran onggok dan perlakuan pasca penjemuran sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas onggok. Perbaikan kualitas onggok merupakan bagian yang tak terpisah dari upaya yang dilakukan oleh unit pemasaran. Pangsa pasar bahan pakan sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan pakan itu sendiri. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kendala yang dihadapi oleh penjemur dalam mengakses harga onggok kering yang lebih tinggi adalah kualitas onggok yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
3. Rekayasa sosial, upaya ini bertujuan untuk pelembagaan manajemen kualitas dan pemanfaatan hasil sampingan industri pertanian sebagai pakan ternak. Jumlah kelompok tani dan penyuluh yang memadai serta efektivitas transfer teknologi adalah peluang yang sangat besar sebagai faktor yang dapat dimanfaatkan. Beberapa tahapan rekayasa sosial yang dapat dilakukan: 1). Menanamkan kepahaman tentang pentingnya pembangunan pertanian sebagai penopang dan mendorong ekonomi rakyat, 2). Membangun paradigma pembangunan pertanian berbasis sumber daya lokal, 3). Membangun kesadaran partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian, 4). Membangun kesadaran masyarakat dalam upaya hidup sehat dan sadar lingkungan.
4. Membangun keterkaitan antara penjemur onggok, peternak (swasta), pabrik ubikayu dan pemangku kebijakan. Keempat pihak ini merasa berkepentingan dalam upaya pengembangan usaha penjemuran onggok. pihak penjemur sangat berkepentingan dalam upaya menambah penghasilannya secara individu. Peternak (perusahan peternakan) merasa berkepentingan dalam upaya ketersediaan bahan pakan yang pasti dibutuhkan dalam peternakannya. Pihak pabrik ubikayu sangat berkepentingan dalam pengelolaan onggok (sebagai bagian dari proses produksi, pengelolaan limbah). Membangun kerjasama adalah fungsi yang dapat dilakukan oleh kelembagaan yang dijelaskan pada tahapan pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar